JATISARI STORY
Tulisan ini kami dedikasikan untuk pemuda-pemudi kampung jatisari yang haus akan sejarah, cerita, mitos(dalam tanda kutip), dan eksistensi.
Sebelum bercerita mengenai Sejarah Dusun Jatisari ada baiknya untuk mengetahui bahwa yang dinamakan sejarah harus lah memiliki narasumber dan pelaku sejarah itu sendiri dari beberapa sumber yang relevan, karena tulisan ini hanya memiliki tak lebih dari satu sumber maka tulisan ini masih belum dianggap sebagai “Sejarah”.
Karya tulis ini diambil dari satu sumber yang relevan sekaligus pelaku sejarah mengenai Dusun Jatisari dan cerita ini sama sekali tidak menyinggung masalah biografi beliau, cerita ini di tuturkan langsung oleh Bapak S. Edeng (Kepala Suku/Dusun ke-2 Desa Jatisari).
Masa transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah padat penduduk ke daerah lain. Tujuan utama dari transmigrasi adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa.
Selain pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Papua, dan Sulawesi sebagian berada dan menetap di Provinsi Lampung, salah satu tujuan Utama proses mobilisasi penduduk adalah di Dusun Jatisari ini. [sumber, https://id.wikipedia.org/wiki/Transmigrasi]
Masa Pendudukan
Tahun 1951 rombongan Transmigrasi BRN (Biro Rekonstruksi Nasional) masuk ke Talang Padang-Kabupaten Tanggamus, BRN ini adalah para mantan anggota badan-badan perjuangan bersenjata.
Pada tahun 1953-1955 para mantan BRN (Biro Rekonstruksi Nasional) sebagian pindah ke Batu Lungguh (sekarang Wayhuwi, Waykandis, sebagian Wayhalim dan Jatisari), perpindahan mereka untuk bekerja di perkebunan Karet dan sebagian melakukan pembabatan hutan semak blukar Jatisari. [Sumber, http://digilib.unila.ac.id/15451/2/II.pdf]
Masa Transisi
Jatisari sendiri dahulu masih hutan semak blukar yang sudah dihuni oleh beberapa orang saja dan sudah memiliki pemerintahan yang dibangun oleh Mbah Mangun (Kepala Suku/Dusun Pertama). Tahun 1963 sampai 1995 Kepala Suku Ke-2 yaitu Bapak S.Edeng ditunjuk menggantikan Mbah Mangun.
Pada akhir tahun 1957 atau awal tahun 1958 penggantian nama Batu Lungguh menjadi Dusun (kampung) Jatisari dicetuskan, hal ini terjadi setelah Kampung dihuni hampir 120-an KK (Kepala Keluarga). Jatisari sendiri merujuk pada penamaan Desa Jatimulyo merupakan pembeda sekaligus terpisahnya Desa Batu Lungguh menjadi beberapa Kelompok Desa. [Sumber, Video]
Tragedi Macan
Pertengahan Tahun 1958 terjadi Tragedi macan pemangsa, ada sekitar 4 orang korban yang dimangsa macan dalam rentan waktu yang berbeda yaitu Encep (anggota BRN), Kiloh, salah seorang ibu hamil (anak dari pak guru Jaya *belum jelas), seorang yang lain pak Badur panggilannya (*blm jelas).
Kesedihan berlangsung ketika korban tidak ditemukan pada malam hari, baru setelah pagi hari sampai siang hari ditemukan Jenazah dari pak Badur dan tubuh korban sudah terbagi menjadi beberapa bagian.
Ketika tragedi ini terjadi rombongan dari Jember dan Surabaya melakukan mobilisasi kembali ke Pringsewu dan sekitarnya, rombongan ini adalah orang – orang yang ingin membeli tanah dijatisari untuk ditempati dan ditinggali.
Masa Sekarang dan Seterusnya
masih misteri………………
https://youtu.be/YVsyfyHrsLo https://youtu.be/xbjoxtFzIF0
*ewin jatisari