dari kiri : Arnold, Ahmad, Lewi
Bandar Lampung Juli 1996, kami berada di satu kelas di salah satu SMP Negeri Bandar Lampung, tak ada saling kenal sebelumnya dan kamipun tak tau asal kami masing-masing, jangankan asal, namapun kami tidak tahu menahu. seiring berjalannya waktu, kami disatukan dengan sebuah sepeda. Ya, sebuah sepeda, kami bertiga berangkat ke sekolah menggunakan sepeda, sepeda dengan merek yang berbeda, jenis yang berbeda, tapi tetap sama-sama sepeda, begitu juga asal kami ada yang dari kampung, ada yang dari kota bahkan salah satu dari kami pernah bersekolah di pedalaman hutan sumatra. tapi kami sekarang sama-sama satu kelas dan sama-sama bersepeda. tidak hanya di kelas, di Eskul Pramuka kamipun satu regu. Regu kancil.
sehabis pulang sekolah kami saling mengunjungi rumah masing-masing dengan sebuah sepeda, bermain-bermain-dan bermain. hingga suatu saat saya mengajak mereka untuk bermain di Jatisari. sebuah kampung dengan segala tradisionalnya, kesederhanaan, dan keluguannya. saat itu Jatisari belum ada listrik jadi semua masih menggunakan tangan manusia, dan sedikit bantuan Sapi.
Perjalanan dari Bandar Lampung ke jatisari berdurasi 45 menit, dengan semangat bermain (playing spirit), durasi ini kami tempuh tanpa rasa lelah, Happy-happy-dan happy. sesampainya di Jatisari kami memancing, menggembala sapi, dan bermain bola. Saya selaku anak kampung sudah terbiasa alias bosan dengan suasana tanah lapang, padi menghijau, dugan Ijo, sapi, kambing, kerbau, dll, tapi bagi kedua sahabatku ini adalah sebuah petualangan seru yang tidak terlupakan, dan ini membuat kami semakin bersahabat, semakin erat, semakin kompak. Hingga sore haripun tiba dan kami harus pulang.
Dalam perjalanan Pulang kami kendarai sepeda kami sesuka hati, maklum jalanan di korpri saat itu masih senyap, asoy geboy di jalanan menjadi rutinitas kami, saya dibonceng Arnold saat itu, selaku orang kampung saya tidak terbiasa dengan asoy geboy di Jalanan. Arnold makin geboy saja dan saya makin gemeter, saking semangatnya ban depan kami selip dan accident terjadi. tidak ada luka parah hanya lecet-lecet sedikit dan ada sedikit yang hilang tak tau kemana. kejadian itu sampai sekarang tak bisa kami lupakan, kami terus mengingatnya dan itulah yang membuat kami semakin kompak.
Hari berganti, hari kelulusan pun tiba, dan kami harus berpisah dengan sekolah pilihan masing-masing, Saya dan Arnold ke SMA yang berbeda, sementara Lewi melanjutkan ke SMK. kami mengalami kesulitan berkumpul, sepeda-sepeda kamipun sudah tak tau lagi kondisinya seperti apa. seingat saya, kami pernah melakukan pertemuan sekali di rumah Arnold, kami bermain-bermain-dan bermain, selalu seperti itu. kekompakan masih terpatri di hati kami, seolah-olah kami merasa masih seperti SMP saja.
hari Kelulusan SMA tiba, kini saatnya kami harus memilih untuk melanjutakan pendidikan ke Jenjang universitas. Menjelang UMPTN 2002, kami kembali berkumpul tapi kami tidak bermain, kami belajar kelompok, saling membahas soal Ujian, saling berbagi Informasi dan saling berbagi ilmu.
Pengumuman UMPTN tiba, dari kami bertiga aku yang paling beruntung bisa lulus ke perguruan tinggi negeri, sementara Arnold dan Lewi meneruskan pendidikan di Balai Latih Kerja, disana mereka mengambil jurusan Elektronika, sama seperti jurusanku di PTN yaitu Teknik Elektro.
Di periode inilah kebersamaan kami semakin kental, hampir setiap malam minggu kami berkumpul untuk bakar Ayam, bakar entok, remi, seekshoot, dan gitar-gitaran. Vespa Ungu Arnold kami paksa untuk mengangkut kami bertiga sekaligus. urusan ke Jatisaripun kami gunakan ini Vespa, rasanya saat itu kami sudah tidak cocok lagi mengendarai sepeda, sepeda kami pensiunkan dan Vespa Arnold sebagai sarana Tranportasi kami, mogokpun kami harus siap dorong bareng-bareng.
Untuk urusan gitar Lewi jagonya karena dialah yang pertama memiliki gitar, lalu saya dan Arnold kesampaian juga punya gitar. bahkan saat aku membeli gitar, Lewi dan Arnold ikut serta. Urusan musik, kami juga pernah bersatu membentuk Band. Lewi di drum, saya Bass dan Arnold di gitar. Lagu titik Noda merupakan lagu kebangsaan kami. 😀
setelah Lewi dan Arnold menyelesaikan studinya di BLK maka kami mulai berpikir, kita sudah bukan anak SMP lagi, kita harus bisa menghasilkan. kekosongan waktu yang di alami Arnold dan Lewi membuat harus bertindak. Lewi menyeberang ke Pulau Jawa mengadu nasib di Jakarta, dia bekerja di salah satu perusahaan swasta. Saya masih berkutat dengan kuliah dan Arnold memperdalam Ilmu Service HP-nya. sesekali kami berdua mendapatkan proyek Instalasi listrik rumah baru, kadang juga proyek perbaikan ampli musholah atau toa. yang pasti, sejak kepergian Lewi, saya dan Arnold tetap mebina Kekompakan geng ini yang dulu disatukan dengan sebuah sepeda.
kuliahku dipenuhi dengan Praktikum, tulis menulis hampir setiap hari aku lakoni, sesekali aku panggil Arnold untuk membantuku menyelesaikan tulis menulis, walaupun dengan tulisan yang sedikit berbeda namun hal itu tak menjadi masalah bagi ssisten lab, karena mereka mengoreksi tidak terlalu detail. (adik tingkatku jangan tiru caraku ini, Please..). sebagai makan siangnya, kami membeli Ayam bakar Pak Gendut satu potong dengan sambel 2 bungkus agar bisa dimakan berdua. hmmmm, saking seringnya kami membeli 1 potong sambel 2 bungkus, si penjual Ayam bakarpun sudah paham apa yang kami pesan.
Pada pergantian akhir tahun 2004 (apa 2005 ya nold?) saya dan Arnold tidak menyia-nyiakan moment tersebut. kami menjual terompet dengan dimodali 50 terompet dari Salim kakak saya. prepet.. prepet…. prepet… dari hasil penjualan ini kami mendapat untung bersih 35 ribu, berarti masing-masing kami mendapatkan bagian Rp17.500. kami sangat senang sekali bisa mendapatkan hasil dari keringat kami sendiri, rasanya sesuatu banget.
saat detik-detik pergantian tahun kami kemas-kemas sisa dagangan kami, dengan menggunakan vespa Ungu Arnold kami meluncur ke lapangan Sabuarai untuk menikmati Pesta Kembang Api. keesokan harinya kami kembali menawarkan sisa terompet ke rumah-rumah warga, dan tidak ada satupun terompet yang laku karena moment tahun baru sudah habis.
hari berganti, Arnold mendapatkan panggilan untuk menyeberang ke Surabaya, tapi tidak jukijakkijuk, dia ke Surabaya dengan Bus. 😀 (apaan sih), dalam perjalan pulang ke Lampung Arnold mampir ke Jakarta dan bertemulah dengan Lewi, sahabat lama yang sudah lama tidak berjumpa. perbincangan terjadi dan kesempatan Arnold untuk mencicipi dunia kerja tercipta, Arnold tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Arnold dan Lewi 1 tim dan terus belajar bersama, bekerja bersama, sukses bersama.
Saya ditinggal di Lampung sendirian, kuliahpun saya fokuskan. sementara lewi dan Arnold semakin sukses mengadu nasib di jakarta. Pulang-pulang membawa motor besar, kami bertemu satu tahun sekali saat lebaran, suasana bermainpun tetap menjadi tema pertemuan kami.
Kuliahku selesai, di saat menyelesaikan legalisir Ijazah teleponku berdering, rupanya lewi menawarkan pekerjaan di Ibu kota. sesaat aku berkonsultasi dengan keluarga dan aku mendapatkan izin, seminggu setelah wisuda aku berangkat ke Ibu kota, mengadu nasib, dan berkumpul kembali dengan Lewi Arnold, dan kamipun satu tim kerja.
Alangkah senangnya bisa bersatu kembali dalam suasana yang berbeda. tema kami bukan bermain, sekarang sudah berubah menjadi bekerja. mereka menempatkan aku menjadi satu kos, makanku selalu dibayari, pekerjaan selalu di kasih, betapa senangnya memeeiliki sahabat seperti mereka.
Menetap di jakarta membuatku harus akrab dengan macet, hiruk pikuk kota metropolitan, kemegahan gedung-gedungnya yang selama ini hanya bisa aku lihat di TV, sekarang aku berada di dalamnya. keberagaman manusia yang ada di dalamnya mengharuskanku untuk cepat beradaptasi agar bisa diterima di lingkungan kerja yang penuh dengan persaingan.
3 bulan berlalu, kontrak kerjaku habis, Arnold mengatakan bahwa kontrak selanjutnya 3 bulan kemudian, jadi 3 bulan aku libur. untuk memanfaatkan waktu senggang ini aku pulang kampung ke Jatisari. Rasa haru, bahagia, senang, tumpah ruah, apalagi saat bisa bertemu kembali dengan bapake mamake, rasanya pulang kampung itu memang sangat-sangat menyenangkan.
selama di Lampung aku mengirimkan lamaran pekerjaan dimana-mana, dan Alhamdulillah aku diterima di perusahaan swasta, dan aku bertindak sebagai "tukang listrik". Kini aku kembali sendiri si lampung sementara Lewi Arnold semakin sukses di jakarta.
Lebaran Tiba Arnold Lewi kembali pulang kampung, Kami ke Jatisari sama-sama mengendarai Sepeda (ber) Motor, Kami tidak lagi menggoes. Alhamdulillah Allah memberikan kami peningkatan rezeki sehingga kami masing-masing bisa bermotor.
Untuk Urusan Jodoh, Lewilah yang pertama kali melepas lajang. ssetelah Lewi menikan kami mengalami kesulitan untuk kumpul bertiga karena memang kondisi sudah bukan seperti dulu lagi. aku dan Arnold tetep kompak. lalu beberapa tahun kemudian saya menikah, sementara Arnold masih menunggu moment yang tepat, mungkin satu atau dua tahun ke depan akan segera menikah. kita doakan saja semoga segera terwujud. amin.
Lebaran kemarin Lewi dan Arnold ke Jatisari, mereka semakin sukses, masing-masing sudah mengendarai roda empat. Alhamdulillah, berarti Allah memberi barokah pada pekerjaan mereka. semoga Allah juga memberikan rezeki kepadaku supaya kami bisa ke jatisari dengan masing-masing mengendarai roda empat. Amin
Sebuah sepeda menyatukan kami, kesederhanaan menyatukan kami, semoga persahabatan kami tetap terjaga di dunia dan Akhirat. amin.