Jika Allah belum berkehendak untuk menggantikan keberadaan Lapangan Jatisari yang digusur Tol Trans Sumatera maka mau sekelas Presiden turun tanganpun juga tidak akan mungkin Lapangan bisa tergantikan. Tapi jika Allah berkehendak maka Allah akan segera mengganti Lapangan Jatisari.
Sejak 2014 seluruh lapisan masyarakat dan Pamong Jatisari sudah berusaha keras, banting tulang, peras keringat, peras otak, dari tingkat ketua RT, Kepala Dusun, Kades, Camat, sampai Bupati sudah andil dalam mengusahakan penggantian Lapangan Jatisari, tapi sampai sekarang belum juga tergantikan.
Sejak pertengahan Oktober 2017, Lapangan Jatisari terpaksa digusur oleh pihak Tol Trans Sumatera walaupun belum disediakan penggantinya. Masyarakat Jatisari hanya pasrah, karena jika rusuh maka Masyarakat Jatisari dianggap tidak mendukung program pemerintah pusat.
Pemuda Jatisari kini hanya bisa memandangi lapangan mereka yg sudah menjadi tumpukan batu split material Jalan tol, mereka tidak bisa main bola lagi di lapangannya. Merekapun tidak mau rusuh, karena pamong mengingatkan untuk kondusif. Jika mereka mau main bola maka mereka harus "ndompleng" di Lapangan Kampung sebelah.
Ratusan warga masyarakat Jatisaripun sudah pernah melakukan istighotsah, doa bersama di tengah-tengah Lapangan. Ratusan warga jatisaripun pernah upacara Agustusan di Lapngan dan pak Kadus menyampaikan himbauannya. Tapi inilah Takdir Allah yang harus diterima masyarakat Jatisari. Sekarang, yang harus dilakukan adalah bersabar dan sholat, supaya Allah memberikan pertolongan kepada Kampung Jatisari.
Bisa jadi ini teguran bagi masyarakat Jatisari untuk memperbaiki ibadahnya. Marilah berbaik sangka kepada Allah dan kita sama-sama perbaiki ibadah kita kepada Allah agar Allah menurunkan rahmat-Nya kepada kita.
Tak banyak yang bisa masyarakat dan pamong lakukan. Segala cara sudah dicoba, tapi masih belum membuahkan hasil. Masyarakat hanya bisa pasrah dan terus mencari celah dan doa agar bisa mengusahakan pengganti Lapangan Jatisari.
Tiang dan bendera merah putih yang dulu berdiri di tengah Lapangan kini berdiri di pojokan pinggir Lapangan, benderanya sudah koyak dan sepertinya pernah terjatuh, sekarang benderanya hanya "nyantol" beberapa jengkal saja dari tanah.
Tahukah anda, Jika dipikir-pikir, uangnya sudah ada, Lapangan yang mau dibeli sudah ada, tapi kenapa kok belum bisa dibeli Lapangan yang baru itu. Perlukah presiden turun tangan hanya untuk mengganti Lapangan Jatisari?. Sepertinya tak masuk akal, itulah namanya takdir Allah. Ini sama sepwrti sebuah pertandingan Sepak Bola, walaupun sebuah tim dibela wasit, maka jika Allah menghendaki tim itu kalah maka akan kalah juga.
Sekarang yang tersisa hanya sebidang tanah pojokan berbentuk segitiga dengan panjang sisi-sisinya sekitar 14 meter, 32 meter, dan 39 meter, di total sekitar 200-an meter persegi dengan tiang bendera berdiri di sana dengan bendera merah putihnya yang koyak hampir menyentuh tanah. Serta sebuah banner dengan tulisan:
"TANAH MILIK DUSUN V JATISARI, DILARANG KERAS MENDIRIKAN BANGUNAN, DILARANG KERAS MENGGARAP" -Pamong Jatisari-
Baca juga
Asal-Usul Tanah Lapangan Jatisari Yang Tergusur Tol Sumatera