Kenapa pihak Jatisari Bersikap Keras saat Rapat relokasi Lapangan di Kabupaten?
Pada 30 April 2019 dilakukan rapat koordinasi di kabupaten Lampung Selatan dengan tema Relokasi lapangan Jatisari yang digusur tol, 2 tahun digusur belum diganti, rapat ini dihadiri oleh Pihak Kabupaten Lampung selatan, pihak kecamatan jatiagung, Pihak desa Jatimulyo, pihak dusun Jatisari. Dalam rapat tersebut, pihak Jatisari bersikap keras kepada anggota rapat yang melenceng dari tema utama rapat. Berikut alasannya:
- Lapangan Jatisari sudah ada sejak tahun 1970an, 2017 digusur tol, sampai 2019 belum diganti sehingga masyarakat Jatisari menuntut agar lapangan Jatisari segera diganti. Hal ini yang menjadi topik utama pada rapat koordinasi yang di laksanakan ruangan perkantoran kabupaten Lampung Selatan. Dihadiri oleh tim 5, desa, pihak kabupaten, pihak kecamatan, pihak dusun Jatisari.
- Secara fakta, Lapangan Jatisari tidak terdaftar sebagai penerima ganti rugi dari pihak tol, yang terdaftar adalah atas nama tim 5.
- Pihak Desa tidak ada keberanian untuk mengambil alih surat-surat Kompleks Lapangan Jatisari dari tim 5, sebenarnya kompleks tanah lapangan adalah milik desa yang didapat dari pelepasan tanah cadangan propinsi Lampung melalui surat gubernur Oemarsono tahun 1999 . Ketidakberanian desa Terbukti dengan adanya berita acara penyerahan surat kepemilikan kompleks tanah lapangan dari tim 5 ke pihak desa. Berita acara tersebut dibuat tahun 2016, tetapi faktanya sampai 2019 pihak desa belum mendapatkan surat tersebut, pada 30 April 2019 pihak desa mengakui belum mendapatkan surat tersebut dan selalu mengulur-ulur waktu untuk memintanya dari tim 5. Ini ada apa?
- Untuk saat ini, tidak ada yang mengurusi lapangan Jatisari selain pihak masyarakat Jatisari sendiri. Undangan rapat di kabupaten pun tema utamanya adalah membahas relokasi lapangan Jatisari.
- Dalam rapat tersebut, pengacara desa, bapak Dwi terlalu melebar memberikan penjelasan dan menggiring opini untuk keluar tema utama, sehingga pihak Jatisari interupsi keras agar pihak desa fokus dengan tema rapat yaitu relokasi lapangan jatisari ganti lapangan.
- Pak Dwi mengakui bahwa jika tim 5 menyerahkan surat-surat, maka pengurusan lapangan akan semakin mudah. Tapi pihak desa tidak ada upaya intensif untuk mengambil surat tersebut dari tim 5. Dan ini tidak menjadi fokus peserta rapat, sehingga dari hasil rapat pun desa tidak ada statemen bahwa desa akan segera ambil surat tersebut.
- Pada 27 Oktober 2017 pihak Jatisari dibantu dengan bapak Anto, dan atas izin Allah tentunya, duduk satu meja, rapat dengan Bupati Lampung Selatan bapak Zainuddin. Saat itu agendanya adalah Jatisari minta lapangan ganti lapangan, tetapi apa yang disampaikan desa ke bupati malah melenceng dari topik, kepala desa malah minta kepada bupati agar bupati membantu desa agar tim 5 tidak ditahan, bukan minta lapangan, setelah rapat itu, bupati membentuk tim, lalu tim tersebut menemui desa, desa tidak berkoordinasi baik dengan tim tersebut, desa tidak memberikan data-data yang dibutuhkan tim tersebut. Oleh karena itu di 2019, pihak Jatisari tidak mau hal itu terjadi lagi dan siap berdebat keras jika ada peserta rapat yang melenceng dari topik “relokasi lapangan Jatisari yang digusur tol”
- Perdebatan keras tersebut sebagai sinyal keras ke pihak kabupaten, bahwa di desa Jatimulyo itu tidak ada yang fokus mengurusi relokasi Lapangan Jatisari, mereka sibuk dengan urusan masing-masing, nampaknya desa kewalahan menghadapi permasalahan ini. Perlu ada pihak yang membantu desa, harapan masyarakat Jatisari adalah agar pihak Kabupaten membentuk tim khusus untuk membantu Jatisari dalam mewujudkan relokasi lapangan Jatisari.
- Jatisari sudah 2 tahun kehilangan lapangannya, akibat hilangnya lapangan maka akan merubah kegiatan-kegiatan pemuda pemudinya saat mereka punya lapangan, mereka tidak bisa main bola di lapangannya lagi, tidak bisa upacara di lapangannya lagi, tidak bisa mengadakan even-even besar di lapangannya lagi, mereka tidak bisa melakukan istighotsah di lapangannya lagi, dan banyak kegiatan positif lainnya yang sekarang tidak bisa dilakukan lagi. Dan fatalnya, karena tidak ada lapangan, mereka menyalurkan energi mereka ke hal lain yang tidak positif, misalnya judi, adu ayam, melakukan tindakan kriminal, mabuk-mabukan, dan maksiat lainnya. Pihak Jatisari tidak mau generasinya hancur gara-gara lapangan tidak segera di relokasi. Oleh karena itu pihak Jatisari siap berdebat keras jika ada pihak-pihak yang tidak fokus untuk relokasi Lapangan Jatisari.
- Pihak Jatisari tidak mempermasalahkan mau ditempatkan dimana saja lapangan penggantinya, asalkan masih berlokasi di wilayah Jatisari, oleh karena itu Jangan ada anggapan bahwa sikap kerasnya pihak Jatisari karena terkait ada imbalan di upaya relokasi ini bahkan ada kepentingan politis. Buang jauh-jauh anggapan itu, sikap keras mereka adalah sebagai wujud tanggung jawab mereka atas rakyatnya yang kehilangan Lapangan, dan generasi mereka akan sangat merasa bersalah kepada generasi terdahulu jika tidak mampu mewujudkan pengganti Lapangan Jatisari.
- Terwujud atau tidaknya Relokasi Lapangan Jatisari adalah takdir Allah, sekeras apapun manusia berusaha jika Allah menakdirkannya tidak, maka tidak itulah yang akan terjadi, apalagi jika tidak ada usaha sama sekali. Sekarang kita tinggal memposisikan diri untuk menyikapi takdir tersebut yaitu: apakah kita terus berdoa dan berusaha agar relokasi itu terwujud, apakah kita hanya diam dan membiarkan hilangnya lapangan Jatisari tidak bicara tidak melakukan apa-apa, atau malah kita mencibir, menghalangi agar relokasi lapangan Jatisari tidak terwujud, atau malah mengambil keuntungan dari hilangnya lapangan Jatisari? Silahkan anda bersikap karena sikap anda akan dimintai pertanggungjawabannya di dunia dan di akhirat.